Minggu, 20 Februari 2011

Psikologi Sosial

PERSPEKTIF PSIKOLOGI TENTANG MANUSIA

Oleh Mohamad Suandi

A. MANUSIA MAKHLUK INDIVIDUAL
Bahwasanya manusia itu makhluk keseluruhan yang tidak dapat dibagi-bagi, kiranya sudah jelas bagi kita, kiranya sudah jelas bagi kita. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan manusia makhluk individual. Asal kata individu berarti tidak dapat dibagi-bagi. Makhluk individual berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi.
Menurut Aristoteles berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja tersendiri, seperti kemampuan-kemampuan vegetative, seperti makan, berkembang biak,; kemampuan sensitif : bergerak mengamati bernafsu dan berperasaan; dan kemampuan intelektif : berkemauan dan kecerdasaan.
Wilhelm Wundt dan para ahli psikologi modern barulah merumuskan dan menegaskan bahwa Mereka menegaskan, misalnya bahwa apabila kita mengamati sesuatu maka yang terlibat bukan hanya panca indera saja akan tetapi minat dan niat untuk mengamati pun terlibat dalam mengamati sesuatu itu tersebut.
Kedua manusia merupakan individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut corak keperibadianya, termasuk kecakapan-kecakapan pribadi, hal ini senada dinyatakan oleh rumusan Allport.

B. MANUSIA MAKHLUK SOSIAL
Segi utama lainya yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, seperti makan, minum,dll.
Tetapi pada usia dua bulan hubungan dengan ibunya bukan hanya sebatas biologis saja akan tetapi juga hubungan psikis, yaitu debgan menjawab senyuman ibunya dengan menjawab senyumnya juga. Ketika ia sudah mulai bergaul dengan kawan-kawan sebayanya ia pun tidak hanya menerima kontak social, tetapi ia juga memberikan kontak social.
Menurut Sigmund Frued super ego pribadi manusia manusia sudah mulai dibentuk pada ia berumur 5-6 tahun dan perkembangan super ego tersebut berlangsung terus menerus selama ia hidup.
Frued membuat istilah dengan rumah Frued yang terdiri dari ID yang dimiliki oleh semua makhluk baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Jika manusia mendewakan ID atau mengutamakan ID maka akan menjadi psikopat. Tingkat kedua dari rumah Frued adalah ego yaitu titik keseimbangan antara manusia dan makhluk-makhluk lain. Tingkat ketiga dari rumah Frued adalah super-ego yang dibentuk lewat peranan masyarakat luar berupa norma,nilai, dan aturan, apabila super-ego terlalu ketat dan mengikat terlalu kuat pada manusia akan terjadi psikoneres.
Pada dasarnya pribadi manusia tidak sangguphidup seorang diri tanpa lingkungan psikis atau rohaniahnya walaupun secara fisiologis-biologis ia dapat mempertahankan diri pada tingkat hidup vegetative.
Segi social manusia itu terutama dipelajari dalam psikologi social, tetapi yang sulit dimengerti dengan sewajarnya apabila dalam mempelajarinya kita melupakan segi individual pribadi manusia.

C. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERKETUHANAN
Segi terakhir dalam pembahsan ini adalah manusia berketuhanan, seharuanya pada bab ini tidak masuk kedalam ranah psikologo akan tetapi perlu juga segi lain dari manusia makhluk inidividu,social juga makhluk berketuhanan.
Manusia sebagai makhluk berketuhanan sebenarnya tidak perlu lagi dibuktikan lagi. Sebab bagi tiap-tiap manusia, terutama di Indonesia yang sudah sadar dan dewasa akan dirinya,sudah jelas sangat sulit untuk menolak adanya kepercayaan akan Tuhan.
Bahwasanya Tuhan itu sukar dibuktikan secara empiris eksprimental bagi mereka yang belum berketuhanan,akan tetapi tidaak berarti bahwa Tuhan tidak ada.
Orang ateis yang belum sadar akan hal ini, tanpa disadarinya sebenarnya sudah berketuhanan pula,tetapi dalam bentuk benda-benda,orang-orang atau gagasan tertentu yang bukan Tuhan Yang Maha Esa. Misalnya pertuhanan pada paham matrealisme,baik dalam anggapan ataupun perbuatan. Dalam pada itu mereka sadar atau tidak sadar sudah menyalah gunakan segi berketuhananya, yang sebenarnya tertuju pada Tuhan Yang Maha Esa.
Secara psikologi dapatlah diakui bahwa semua manusia sebagai makhluk berketuhanan itu dapat pula dengan sadar atau tiodak sadar ditujukan dan digerakan oleh suatu yang bukan objek yang bukan merupakan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta seluruh universum.

MOTIF SOSIAL
Motif dan sikap merupakan pengertian-pengertian yang utama dalam uraian kegiatan-kegiatan dan tingkah laku manusia, baik secara umum ataupun secara khusus dalam interaksi social. Dalam pada itu pengertian sikap atau etitud merupaka pengertian yang mempunyai peranan besar dalam ilmu jiwa sosisal, yang khusus mengurai tingkah laku manusia dalam situasi social itu.
Motif memiliki pengertian yaitu semua pergerakan , alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah manusia pada dasarnya memiliki motif.
Macam-macam motif social
1. Motif Biogenetis
Motif-motif biogenetis merupakan motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organism orang demi kelanjutan kehidupanya secara biologis. Motif ini bercorak universal dan kurang terikat oleh kebudayaantempat manusia itu berkembang.
2. Motif Sosiogenetis
Motif sosiogenetis adalah motif yang dipelajari manusia dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motif sosisogenetis tidak tumbuh secara sendirinya akan tetapi tumbuh dari proses interaksi social dengan orang atau kebudayaanya sendiri.
Contoh dari motif sosiogenetis adalah keinginan makan gudeg bagi orang Jogja,atau mendengarkan music tarian atau kesenian Betawi bagi orang Betawi.
3. Motif Teogenetis
Motif teogenetis adalah motif-motif yang ada karena unsur-unsur ketuhanan. Motif ini berasal dan tumbuh akibat hubungan manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupanya sehari-hari yang berusaha mengamalkan perintah dan norma-norma dalam agamanya. Contoh dari motif ini adalah keinginan mengabdi pada Tuhan Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. W.A Gerungan Psikologi Sosial
2. Dr. Yusron Razak, Pengantar Sosiologi, UIN Lembag Penelitian
3. Dr. Yusron Razak, Antropologi Agama, UIN Lembaga Penelitian
4. Prof Dr. Komarudin Hidayat, Psikologi Kematian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar