Minggu, 20 Februari 2011

Antropologi Budaya: Studi Agama dan Mitos

Kepercayaan dan Kebudayaan. Pengertian Kepercayaan dan Agama. Agama sebagaia alat control social. Myth dan Ritual. Magic, Science dan Religion. Cultural Integration

Oleh: Mohamad Suandi

Pendahuluan
W.A. Gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial mengatakan bahwa tidak ada satu pun di dunia ini orang yang tidak meiliiki agama dan kepercayaan. Bahkan orang komunis pun pada dasarnya jauh pada lubuk hatinya telah menyatakan bertuhan atau beragama. Pada orang modern apabila mempecayai kekuatan seperti kepada tekhnologi maka menurut Gerungan itu pun sudah dikatakan bertuhan atau beragama, karena pada dasarnya beragama sudah melekat dan ada semenjak manusia diciptakan.
Pada makalah ini penulis ingin mencoba menggambarkan pengertian agama,ritual,myth,kepercayaan secara utuh sehingga dapat memahami kajian ini, dan dapat memberikan komentar kritis pada agama,ritual,myth yang ada di Indonesia yang sudah ada semenjak lama serta menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
I. Pengertian Kepercayaan
Doob menjelaskan kepercayaan sebagai a statemement about reality that people accept as true. Yakni pernyataan mengenai sesuatu yang diterima orang sebagai sebuah kebenaran. Dari pengertian ini, Doob melihat bahwa sebuah kepercayaan itu bisa lahir dari hasil observasi, logika, tradisi, opini,atau pendapat orang lain,serta keimanan. Oleh karena itulah, kemudian ia membagi kepercayaan kedalam dua : yaitu kepercayaan yang bersipat saintifik dan yang tidak bersipat saintifik. Kepercayaan menurut Doob memberikan semacam fremwork persepsi bagi penganutnya. Misalnya pada dahulu orang Amerika memiliki kepercayaan bahwa manusia pada umumnya tidak dapat dipercaya. Namun kepercayaan itu berubah seiring dengan perjumpaan dengan masyarakat dunia lainya.



.
II. Agama
Emile Durkhaim (1966) memandang agama sebagai satu system yang terintegrasi antara kepercayaan dan praktik suci. Keduanya mempersatukan individu yang memiliki keyakinan yang sama (seiman ) kedalam satu komunitas yang sering dikenal dengan umat beragama.
Agama dalam persepktif sosiologis di pandang sebagai system kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku social tertentu, terutama berkaitan dengan pengalaman manusia baik individu ataupun kelompok. Peraturan agama dalam masyarakat menekankan atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan. Dengan latarbelakang social yang berbeda dari agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula.
Devinisi agama yang diberikan para ilmuan belum sepenuhnya seragam. Arief Budiman (1993) melihat agama dalam dua kategori. Pertama, agama sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya terhadap kehidupan kekal dikemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut. Kedua, agama sebagai yang mempengaruhi perilaku manusia. Dengan demikian ia identik dengan kebudayaan.
Secara sederhana Arief Budiman melihat agama sebagai suatu system kepercayaan yang mengikat dan yang mempengaruhi manusia. Devinisi lain diberikan oleh Durkheim (dalam Dadang K., 2000 : 122) menyatakan :
“ Agama merupakan suatu system interpretasi iri kolektif. Dengan kata lain, agama adalah system symbol dimana masyarakat bisa menjadi sadar akan dirinya, ia adalah cara berfikir tentang eksistensi kolektif “.
Durkheim melihat agama tidak lain adalah proyeksi masyarakat sendiri dalam kesadaran manusia. Selama masyarakat masih berlangsung, agamapun akan tetap lestari. Masyarakat bagaimanapun akan tetap menghasilkan symbol-simbol kolektif pada dirinya, dan dengan demikian menciptakan agama. Durkheim merupakan orang pertama yang mencari sebab-sebab peristiwa social dari segi peristiwa lainya. Baginya agama merupakan kenyataan social (fakta sosial) yang merupaka hasil dari, dan berkaitan dengan kenyataan-kenyataan lain dimasyarakat. Lebih khusus Durkheim melihat agama diciptakan oleh orang untuk melambangkan, bahkan menyembah masyarakatnya sendiri (Ilyas Ba Yunus,1991: 32).
Dalam kamus antropologi agama, pengertian agama mencakup 3 hal, yaitu : 1. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual. 2. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri. 3. Ideologi mengenai hal-hal yang bersipat supranatural.
Mengacu pada beberapa devinisi di atas, maka dapat kita cermatibahwa agama yang dipercaya sebagai suatu system kepercayaan dan praktis memiliki potensi untuk membentuk sebuah masyarakat moral (moral community) yang terikat dengan norma-norma dan nilai-nilai yang mereka yakini kebenaranya. Nilai-nilai dan norma inilah yang mampu membuat mereka merasa menyatu dalam kemesraan hidup. Motivasi universal yang bersumbu pada kaidah-kaidah spiritual agama terpantul dalam sebuah intimasi kehidupan masyarakat pemeluk agama tesebut. Dengan demikian pada hakekatnya agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketikaterjadi hal-hal yang berada di luar jangkauan dan kemampuanya karena sipatnya yang supranatural sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang non empiris.

III. Agama Sebagai Alat Kontrol Sosial
Adanya keterbatasan kemampuan dan kepastian masyarakat dalam mengatasi persoalan-persoalan yang muncul dimasyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris,maka peran( fungsi ) agama sebagai alat control social sangat diharapkan.
Thomas. F. O`dea (1987: 26-29) menuliskan 6 fungsi agama yaitu:
1. Sebagai pendukung,pelipur lara dan perekonsiliasian
2. Sarana hubungan transcendental melalui pemujaan dan upacara ibadat
3. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada
4. Pengoreksi fungsi yang sudah ada
5. Pemberi identitas diri
6. Pertumbuhaan dan pendewasaan agama

Agama merupakan salah satu unsur inti dalam kebudayaan, anggapan ini akan membantu kita dalam memahami makna penting agama bagi manusia. Benyamin Nelson dalam salah satu artikelnya “ Self images and System of spiritual direction in the history of European Civilization “ menyatakan bahwa agama agama memiliki beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, antara lain :
1. Untuk mendapatkan kembali gerak yang sinambung dengan cara menanamkan pesan dan tujuan hidup
2. Agama merupakan transformasi simbolis pengalaman. Dalam hal ini para pengikutnya dianggap sebagai jalan penyelamatan bagi dirinya.
3. Agama sebagai system pertahanan, dalam arti sebagai seperangkat kepercayaan dan sikap yang akan melindungi manusia
4. Agama sebagai system pengarahan yang tersusun dari unsur-unsur normative

IV. Myth dan Ritual
Ketika kita berusaha menemukan sebuah devinisi yang cukup luas tentang arti ritual tidak dapat dirumuskan secara mulus. Adapun arti ritual yang dapat dan cukup baik adalah diberikan oleh Victor Turner yaitu : “ Prescribed formal behavior for occasions not given over to technical routine, heaving reverence to beliefs in mystical beings or power regarded as the first and final causes of all effects.
Ada lima kategori ritual yang secara karekterinstik dideskripsikan berdasarkan fungsi dasar mereka
1. Technological Rituals
2. Therapeutic Rituals
3. Ideological Rituals
4. Salvatiory Rituals
5. Revatilization Rituals

Myth (mitos), Greek mendevinisikan myth sebagai mitos, tentang dewa-dewa dan atau makhluk luar biasa yang dianggap oleh setengah golongan masyarakat sebagai kisah benar dan merupakan kepercayaan berkenaan kejadian dewa-dewa dan alam seluruhnya. Myth juga merjuk kepada satu cerita dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa dahulu. Ia dianggap sebagai suatu kepercayaan mutlak yang dijadikan sebagai rujukan, atau suatu dogma yang dianggap suci dan memiliki konotasi upacara.
Menurut Bascom myth adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. Pada myth mengandung unsur upacara dan pengorbanan seperti dikorbankanya seorang gadis kepada para dewa agar memberikan kedamaian dan ketentraman. Contoh-contoh dari myth atau mytos adalah : seperti mitologi Yunani tentang adanya dewa seperti Zeus, dan Hercules, atau contoh lain mitologi Cina kuno tentang dewa dan dewi yang bernama Sukuyomi, Susano`o, dan Ametersu yang meminta persembahan mata bagi para penganutnya.

V. Magic, Science, Religion
Magic dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) berarti sihir. Sedangkan menurut al-Habib Abdurahman As-Saqof dalam bukunya yang berjudul Al-Aqoidud Al-diniyah volume 4 magic memiliki sinonim dengan istidroj atau ihanat yaitu perkara yang merusak (melaini) kebiasaan yang diberikan kepada orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Dari pengertian di atas Abdurahman membagi perkara yang merusak kebiasaan kepada beberapa bagian tergantung kepada objek pemilik perkara yang luar biasa tersebut, ada yang diberi istilah dengan mukjizat apabila diberikan kepada nabi-nabi dan Rasul, dan ada pula yang diistilahkan dengan keramat apabila diberikan kepada orang-orang yang memegang teguh dan taat dalam beragama.
Adapun science dapat diartikan yaitu: sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang benar dengan cirri pokok yang bersipat general,rational, objektif mampu diuji kebenaranya, dan diakui oleh umum. Degan kata lain Science adalah pengetahuan yang bersipat sistematis objektif dan diakui eleh semua orang. (Liang Gie 1991).
Klasifikasi science dapat digolongkan kepada ua bagian. Pertama, Ilmu Dasar (Basic Science), seperti biologi bertujuan mendalami teori dan isi alam yang hidup. Kedua, Ilmu Terapan (Applied Science),bertujuan untuk memanfaatkan ilmu guna memecahkan masalah praktis,contohnya tekhnologi pertanian.
Cara memperoleh science atau pengetahuan dapat dabagi kedalam dua cara pula. Pertama, dengan cara konvensional atau cara yang biasa ditempuh seprti lewat belajar dan institusi formal seperti sekolah. Kedua,dengan cara laduni(otodidak) atau disebut memperoleh pengetahuan dengan jalan yang tidak biasa.

VI. Penutup
Sebagai catatan akhir dari tulisan ini adalah bahwa sanya dalam permasalahan yang dibahas dalam makalah ini tidak semuanya bisa dianggap betul, jadi perlu perenungan yang mendalam dan pengkajian yang cukup untuk dapat menangkap isi dan pesan dari makalah ini. Akhirnya penulis memohoh tegur sapa dari pembaca yang budiman untuk perbaikan penulisan makalah dan paper diwaktu mendatang,dengan kata salam maka makalah ini selesai penulisanya. (Jakarta,30-Mei-2010,M.Suandi)

















DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Yusron Razak, Pengantar Ilmu Sosiologi, Jakarta Lembaga Penelitian UIN
2. Dr. Yusron Razak, Antropologi Agama, Jakarta, Lembaga Penelitian UIN
3. Prof.Dr. Syamsir Salam, Sosiologi Pedesaan, Jakarta, Lembaga Penelitian UIN
4. Dr. W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung, Rosdakarya
5. Dr.Arief Budiman, Agama,Demokrasi, dan Keadilan,Jakarta,Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar