Minggu, 20 Februari 2011

Hasil Penelitian Aufklarung tentang PSK Kalisari Jaktim

KEMISKINAN SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR PENYEBAB PROSTITUSI DI KALI SARI (BOKER)
Oleh: Mohamad Suandi

BAB I
I. Latar Belakang/Dasar Pemikiran
Kemiskinan dan usaha pemenuhan kebutuhan yang sangat sulit, menjadikan manusia berkompetisi untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari, banyak cara yang ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ada yang menempuh dengan cara yang baik, beradab dan tidak melanggar norma, tapi tidak sedikit orang yang menempuh dengan cara yang melanggar norma dan agama. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan dengan cara yang melanggar norma dan agama adalah menjadi “PSK” atau dengan kata lain melacurkan diri.
Dari data yang penulis peroleh di daerah Kalisari jumlah warga miskin mencapai tiga puluh enam kepala keluarga dari Sembilan puluh lima kepala keluarga,tiga puluh enam kepala keluarga tersebut dianggap warga miskin karena terdaftar dalam data penerima bantuan langsung tunai (BLT) salah satu program pemerinta dalam megentaskan kemiskinan. Pada umumnya mata pencaharian mereka adalah buruh lepas dari pembuatan balon tiup, dan upah yang mereka terima per-hari adalah Rp.5000.00.
Menurut Sayogyo , kemiskinan didefinisikan yaitu apabila daerah rata-rata perkapita kurang atau sama dengan 360 kg beras pertahun ,atau jika dikurskan dengan rupiah adalah orang yang mempunyai penghasilan kurang dari Rp.10.000.00 per-hari.
Dalam Ensiklopedia Bebas Bahasa Indonesia: pelacuran atau prostitusi adalah penjualan jasa seksual,seperti oral seks atau hubungan seks untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur,yang kini sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial(PSK).
Fenomena tentang PSK yang ada di Ibu kota ini sangatlah menarik untuk diamati karena PSK bukan hanya sebagai cara pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sudah merambah kepada komoditi penjualan tenaga manusia dan seperti layaknya barang dagangan, ada keterkaitan erat antara PSK dengan para penjual jasa dan para penikmat PSK itu sendiri yang menjadikan piramida simbiosis mutualisme.
Jakarta adalah kota metropolis yang menjanjikan banyak manusia dari berbagai penjuru kota menumpukkan harapan pada kota ini yang menganggap peluang besar untuk memperbaiki taraf kehidupan yang memadai dan memandang secara sempit dengan memilih jalan singkat seperti memilih dunia prostitusi, sehingga memiliki anggapan dengan jalan inilah bisa sukses dan cepat kaya tanpa mengalami banyak kesulitan. Karena penghasilan para PSK khususnya di Kalisari terbilang lumayan besar,tidak kurang para PSK Kalisari mengantongi uang sebanyak Rp.300.000.00 per-malam yang jika dibandingkan dengan penghasilan sebagai buruh balon tiup sangat jauh sekali (wawancara dengan Bunga).
Pada riset ini penulis ingin melihat, mengamati dan meneliti prilaku menyimpang khususnya dunia prostitusi yang terdapat di daerah kalisari cijantung yang menjadi ajang pencarian penghasilan pokok atau tambahan bahkan sampingan bagi para pekerja seks komersial (PSK), dan juga sebagai daya tarik bagi para hidung belang dan para prajurit TNI. Inilah yang menyebabkan riset ini dilakukan yang menjadi dasar pemikiran dari penelitian ini.








II. Metodologi
II.I Dalam Penelitian ini Menggunakan Metodologi Penelitian Kualitatif, karena metode kualitatif adalah tekhnik-tekhnik yang di desain untuk memperoleh pendalaman penafsiran, dan subjektif atas perilaku social. Tujuan penting penulis menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh pemahaman mendalam atas apa yang masyarakat lakukan dan menafsirkan perilaku mereka dengan cara-cara yang dipahami oleh mereka sendiri. Konsekuensi, penelitian kualitatif berusaha menangkap perasaan, tekstur dan makna perilaku konteks yang lebih luas yang di dalamnya suatu peristiwa terjadi.
II.II Tekhnik Pemgambilan Data
• Observasi, yaitu dengan jalan kami mensurvei dan mendatangi tempat-tempat yang terkait ada beberapa tempat yang kami datangi sebagai bahan observasi pertama, masjid baiturrohmah pada tanggal 27 oktober 2009 lalu, tempat prostitusi itu yang disebut Boker pada tanggal 25 oktober 2009 dan rumah Bunga salah satu dari anggota PSK kalisari pada tanggal 24 oktober 2009. Pada tahap observasi ini kami hanya baru mengamati tempat yang dituju dengan jalan berkeliling-keliling bersepeda motor.
• Wawancara, pada riset ini kami mewawancarai beberapa pihak yang terkait dengan tempat prostitusi tersebut dengan jalan ngobrol, ngobrol-ngobrol santai antara lain:
1. Bapak Jaelani ketua RT wilayah Boker yang juga merangkap pengurus masjid baiturohmah
2. Bunga (nama samaran) salah satu anggota PSK Boker
3. Yono, pedagang ketoprak di Boker



II.III Lokasi dan Waktu Penelitian
• Lokasi, banyak sekali lokasi prostitusi di Jakarta, akan tetapi penelti memilih tempat prostitusi yang bernama Boker kalisari Cijantung yang bersebelahn dengan pul bus mayasari bakti jalan suci. Waktu penelitian:
No Waktu Kegiatan Keterangan
1. 24-25 Oktober 2009 Observasi, melihat medan dan mencari info-info yang terkait Dengan berjalan-jalan di sekitar komplek prostitusi
2. 27 Oktober 2009 Wawancara dengan bapak Jaelani Beliau adalah ketua RT dan pengurus masjid
3. 28 oktober 2009 Bincang-bincang dengan Bunga Dilakukan di tempat Bunga bekerja

II.IV Paradigma
Paradigma yang kami gunakan dalam riset ini adalah teori konstruktivisme dari buku Berger, menurut Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, namun tidak juga turun karena campur tangan Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruk. Dengan demikian realitas yang sama bias ditanggapi, dimaknai dan dibentuk secara berbeda-beda oleh semua orang. Karena semua orang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan pergaulan atau social tertentu, di mana semua itu suatu saat akan digunakan untuk mentafsirkan realitas social yang ada disekelilingnya dengan konstruknya masing-masing.
III. Rumusan Pertanyaan Penelitian
Dalam riset ini banyak sekali yang akan ditanyakan kepada objek sasaran, akan tetapi pertanyaan itu semua dapat disimpulkan ke dalam dua pertanyaan besar yaitu:
1. Bagaimana fakta sosiologis PSK di Kalisari?
2. Faktor apa yang menyebabkan mereka memilih pekerjaan tersebut?

IV. Tinjauan Teoritis
Sudah sedikit disinggung dalam bab paradigma, yang utama dalam menganalisa pada masalah ini digunakan teori konstruktivisme karena pada kasus ini tepat sekali menggunakan teori tersebut. Berger menjelaskan ada 3 tahapan dalam teori ini pertama, tahapan internalisasi kedua, tahapan eksternalisasi ketiga, objektivitas(2). Yang mengkonstruk (membentuk) pikiran di balik otaknya. Selain komponen pokok riset ini juga menggunakan komponen penunjang yaitu teori labelling dan teori pembelajran sosiokultural.
Dalam teori labeling yang dipelopori Edwin .M.Lement menekankan pada bagaimana perilaku tertentu dilabeli menyimpang dan bagaimana suatu pelabelan mempengaruhi perilaku seseorang . menyimpangMenurut teori ini, penyimpangan adalah suatu kondisi relative, karena penyimpangan bukanlah suatu tipe tindakan tertentu, melainkan konsekuensi dari pemberian suatu label, cap atau julukan. Sedangkan dalam teori sosiokultural teori ini berkaitan dengan proses-proses bagaimana tindakan-tindakan menyimpang dipelajari dan kondisi-kondisi yang memungkinkan orang mempelajari tindakan-tindakan itu.
V. Hasil Penelitian
Dalam riset ini ada beberapa hasil yang kami dapatkan antara lain:
1. Sejarah
Sejarah tempat ini “Boker”, wilayah ini bisa menjadi nama Boker dikarenakan pada tahun 1960 ada seseorang pedagang minuman kopi yang bernama Boker yang pada malam hari menjajakan kopinya juga menjajakan servis wanita kepada hidung belang di sekitar jalan yang bernama gongseng, karena sangat terkenalnya Pak Boker dengan kopi plus wanitanya maka tempat tersbut diberinama Boker yang meliputi wilayah dari jalan gongseng sampai dengan jalan suci (pul mayasari) (wawancara dengan Bapak Jaelani)


2. Data-data hasil wawancara
Dari beberapa sumber yang dapat dipercaya kami mendapatkan data-data yang lumayan menarik antara lain:
• Faktor yang menyebabkan para PSK Boker terjebak dalam lembah prostitusi antara lain: pertama, adalah karena faktor ekonomi yang lemah yang membuat mereka harus memilih pekerjaan ini sebagai pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kedua, dikarenakan coba-coba (primer devian), terhadap perkara yang belum mereka tahu, setelah tahu mereka mengulangi penyimpangan sehingga menjadi karir. Ketiga, karena broken home dalam keluarga yang sehingga menjadikan mereka mencari hiburan dan kepuasan dengan jalan tersebut. Pada poin ketiga mereka tidak mementingkan bayaran tetapi kepuasan semata bahkan tidak jarang para PSK nya-lah yang membayar si pria hidung belang karena pada golongan ini mereka termasuk orang yang berada secara materi (hasil wawancara dengan Bunga).
• Hal yang menarik juga terlihat dari para pelanggan yang datang, yaitu para prajuri TNI yang berada di sekitar kawasan Boker tersebut. Menarik juga masalah penertiban menurut para PSK dan didukung oleh pernyataan dari Bapak Jaelani aparatur keamanan tidak mampu berbuat banyak karena kuatnya dana yang diberikan sebagai pungutan dan juga karena konsumen.
• Menurut Yono (tukang ketoprak) dengan adanya Boker membawa keberkahan tersendiri untuk dagangannya karena rata-rata para PSK membeli dagangannya, yang membawa banyak keuntungan bagi Yono dan keluarganya.
• Yang terakhir, dan yang paling unik adalah antara kebenaran dan kemaksiatan saling berdampingan yang membentuk simbiosis komersialisme, ini saya saksikan sendiri ketika datang ke tempat prostitusi Boker pada tanggal 27 Oktober 2009, di sana sedang diadakan pengajian mingguan tetapi di sisi lain Boker tetap mengadakan aktivitas seperti biasanya tanpa saling mengganggu satu sama lainnnya.
Daftar Pustaka

• Yusron Razak, MA, Sosiologi Sebuah Pengantar, Mitra Sejahtera: Jakarta
• J Dwi Narko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, Kencana Prenada: Jakarta
• Kartini Suharti, Patologi Sosial.
• J.Russ Eshlemen & Barbara, Sociology.
• Koran Tempo (edisi bulan Februari)
• Wawancara dengan Bunga, Pak Jaelani, Yono.













Lampiran





Gambar 1. (Pak. Jaelani, Beliau adalah ketua RT dan pengurus masjid yang sempat kami wawancarai mengenai keberadaan tempat Prostitusi Boker Kalisari)


Gambar 2. (kawasan Kalisari pada malam hari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar